Blog ini berisi tutur kata, laku-tulis hingga patahan makna untuk memahami kembali rahasia di balik derai-derai halaman buku yang menampilkan deretan aksara.
Seni Menulis
Menurut Jorge Luis Borges, kegiatan menulis memerlukan pemahaman atas pengalaman manusia yang esensial: kehendak untuk hidup soliter sekaligus solider; kasih dan rasa benci; persahabatan dan perasaan unggul diri. Begitulah menjadi penulis sama halnya dengan menjadi pemimpi yang sadar akan keharusan berbagi cerita.
Dalam nada serupa, penyair Mongane Wally Serote dari Afrika Selatan mengatakan bahwa penulis adalah pelayan kemanusiaan sejauh ia menggunakan kata untuk memercayai kompleksitas dari suatu kebenaran. Tulisan menguji kebenaran, bukan memberhalakannya secara tunggal.
Umberto Uco, bahkan menilai aktivitas menulis sebagai “kewajiban politis-“nya. Jika tidak punya kendali atas otoritas politik, maka tuliskan keresahan itu bagi orang lain. Kita harus terus berpendapat karena kita wajib menyatakan sesuatu, dan bukan dimestikan karena kita punya kepastian “ilmiah” yang tanpa boleh dibantah.
Bukan maksud tulisan di blog ini untuk menjadi yang paling tahu. Blog ini sekadar berbincang tentang pelbagai gatra dari aksara yang diterapkan. Walhasil, tak perlu merasa yakin pada apa yang ditulis; bukankah tulisan dalam hal ini bukan kemanunggalan kebenaran yang kebal kritik?